Sejarah Setu Patok
Setu Patok
adalah nama danau yang terletak di Desa Setu Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.
Di daerah
ini, konon dahulu kala sering terjadi banjir. Sungai Nanggela, yang mengaliri
melalui desa setu sering meluap dan membanjiri desa setu dan sekitarnya.
Apalagi di musim hujan, desa setu dan sekitanya telah menjadi langganan banjir.
Tentu hal ini membuat masyarakat desa setu dan sekitarnya merasa tidak nyaman
dan sengsara bila banjir datang. Bukan itu saja, pertanian masyarakatpun menjadi
rusak dan bahkan kadang sampai membuat gagal panen. Tentu persoalan ini
merupakan persoalan yang sangast serius bagi masyarakat. Ternyata persoalan
masyarakat tersebut dipikirkan dengan sangat serius oleh seorang tokoh
kharismatik desa setu yang juga masih keturunan Pangeran Luwung yaitu Kiai
Entol Rujitnala. Selain disegani, Kiai Entol Rujitnala terkenal sangat sakti.
Sebagai pemuka masyarakat yang sangat peduli dengan berbagai persoalan yang di
hadapi oleh masyarakat, Kiai Entol Rujitnala terus berfikir bagaimana caranya
agar masyarakat desa setu dan sekitarnya terhindar dari banjir. Maka dengan di
bantu oleh seluruh masyarakat, Kiai Entol Rujitnala membuatan bendungan untuk
menampung luapan sungai Nanggela yang sering mengakibatkan banjir. Namun setelah
bendungan jadi, kesengsaraan masyarakat desa setu dan sekitar belum juga surut.
Bendungan yang dibuat kiai entol rujitnala dan masyarakat, ternyata belum mampu
menahan luapan sungai Naggela. Kalau tidak bocor, kadang bobol. Hal ini membuat
Kiai Entol Rujitnala terus berfikir keras bagaiman membuat bangunan bendungan
yang kokoh. Sudah berkali-kali bendugan itu di perbaiki, namun setiap kali ada
banjir selalu saja bocor, dan bahkan malah bobol.
Karena
tekadnya yang kuat untuk menolong masyarakat, akhirnya kiai entol rujitnalan
memutuskan untuk membangun kembali bendungan dengan cara sayembara itu di
umumkan siapa saja yang sanggup untuk membangun bendungan yang kokoh sekaligus
tidak terjadi lagi banjir, akan dinikahkan dengan utrinya yang cantik dan elok
rupawanj yaitu Nyai Ratu Randulawang. Setelah sayembara di umum kan, datanglah
seorang pemuda yang gagah dan digdaya. Ia memperkenalkan dirinya bernama
Muqoyyim seya menjelaskan kehadirannya untuk ikut saseyembara. Dengan
kerendahan hati dan penuh sopan santun, Kiai muqoyyim mengutarakan bahwa
dirinya sanggup menyempurnakan bangunan bendungan setu sebagimana yang diharapkan oleh Kiai Entol
Rujitnala, tapi dengan satu syarat yaitu Kiai Entol Rujitnala agar turut
membantunya. Melihat tutur kata yang sopan dan santun serta penampilan yang
simpatik serta rendah diri, Kiai Entol Rujitnala bersedia memenuhi persyaratan
yang dianjukan oleh Kiai Muqoyyim.
Tidak beberapa lama sesuai pembicaraan,
keduanya berangkat menuju bendungan. Setibanya di bendungan, Kiai Muqoyyim
langsung memasang patok di setiap sudut bendungan. Kemudian dari kantong
jubahanya, Kiai Muqoyyim mengeluarkan seutas benang. Benang benang itu lalu
dililitkan dari satu patok ke patok yang lainnya. Maka terpancanglah benang
dari satu patok ke patok yang lain. Masyarakat yang melihat ulah kiai muqoyyim
tentu terheran-heran. Untuk apa gerangan seutas tali yang dililitkan dari satu
patok ke patok yang lain? Kira-kira begitulah pertanyaan yang muncul dari
masyarakat yang melihat ulah Kiai Muqoyyim. Selesai memasang benang, Kiai
Muqoyyim kemudian duduk bersila di samping kiai entol rujitnala. kiai muqoyyim
munajat kepada allah, begitupun kiai entol rujitnala. Kedua tokoh tersebut
berdo’a dengan khusyu’ kepada Allah SWT. Dan saat itu, berkat pertolongan dan
izin allah, tiba-tiba terjadi keajaiban. Benang yang dililitkan pada
patok-patok tadi, berubah menjadi sebuah bendungan yang kuat dan kokoh bagai
bukit beton yang tak terpecahkan.
Kejadian
tersebut selain menakjubkan masyarakat, juga di sambut gembira oleh masyarakat
desa tersebut. Harapan masyarakat agar desanya tidak dilanda banjir kembali,
akan menjadi kenyataan. Dan memang benar, setelah kejadian tersebut, desa setu
dan sekitarnya tidak pernah kebanjiran lagi. Masyarakat dapat menanam padi,
palawija dan tanaman yang lainnya tanpa takut terkena banjir bahkan sebaliknya,
periran menjadi semakin baik dan lancar walaupun masa kemarau datang. Dan
karena itulah desa ini dinamai desa setu patok. Artinya bendungan dari patok.
Sesuai
dengan ketentuan sayembara, bahwa siapa saja yang mampu memperbaiki bendungan
sehingga dapat menahan luapan sungai naggela, akan dijodohkan dengan Nyi Ratu
Randulawang. Karena yang mampu membuat bendungan adalah Kiai Muqoyyim, maka ia
dinikahkan dengan putri Ki Entol Rujitnala yaitu nyi ratu randulawang. Konon,
karena nyi ratu randulawang mendapat jodoh Kia Muqoyyim melalu pinangan
sayembara, maka Nyai Ratu Randuwalang terkenal dengan sebutan nyai pinang.
0 Komentar